Rabu, 29 April 2009

KESADARAN HERBAL

Kesadaran Mengonsumsi Herbal Meningkat
Gizi.net - Kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi produk herbal dan food suplement semakin tinggi. Karena itu, Indonesia menjadi target menarik bagi pemasaran produk herbal para produsen dalam dan luar negeri.

Hal tersebut diungkapkan oleh Anish Bafna, Manajer Wilayah Mega Products Ltd di Jakarta, pekan lalu.

Bafna mengatakan, kini kesadaran masyarakat Indonesia untuk mencegah daripada mengobati penyakit terus tumbuh. Karena itu, jelasnya, saat ini sudah banyak orang Indonesia mengonsumsi produk herbal.

Menurut dia, bukti tingginya kesadaran masyarakat terhadap produk herbal di Indonesia adalah terus diproduksinya jamu-jamuan. ''Juga, banyak perusahaan-perusahaan obat kini malah memproduksi herbal,'' jelasnya.

Bukti lainnya, menurut dia, kini sudah banyak orang memerhatikan masalah-masalah kolesterol atau berat badan. Biasanya, jelas Bafna, orang mengalami kegemukan akan khawatir dan mereka berusaha mengonsumsi herbal yang mampu mencegah berbagai penyakit yang diakibatkan kolesterol. ''Atau mereka mengonsumsi herbal penurun berat badan,'' ujarnya.

Kesadaran untuk mengonsumsi produk herbal, jelas Bafna, juga bersamaan dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat. Di Amerika Serikat (AS), jelasnya, angka penjualan makanan tambahan mencapai US$16 miliar per tahun.

Tentang bahan dasar untuk herbal, Bafna mengaku perusahaannya belum dapat mengambil dari Indonesia. Pasalnya, menurut dia, walaupun Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang bisa menjadi bahan dasar produk herbal, tetapi kualitasnya masih kalah dengan negara lain. ''Negara Korea yang menghasilkan ginseng, mereka benar-benar menjaga mutu tanaman tersebut, sehingga produsen obat berani membeli.''

Soal jamu, menurut dia, berbeda dengan produk herbal dan makanan tambahan yang diproduksi oleh produsen obat. Karena, menurut Bafna, biasanya banyak produk jamu yang tidak melalui uji klinis.

Senada dengan Bafna, Direktur Pemasaran PT Phapros Joko Triyono usai rapat umum pemegang saham (RUPS) di Semarang, akhir pekan lalu, mengatakan produk herbal mempunyai konsumen cukup banyak di pasar regional. Karena itu, kata dia, pihaknya akan memproduksi obat-obatan herbal ini.

Sebagaimana diketahui hampir 90% bahan baku obat kimia saat ini belum bisa diproduksi di dalam negeri, alias impor. Sementara untuk herbal medicine, menurut dia, pihaknya bisa bekerja sama dengan berbagai vendor di dalam negeri untuk menyediakan bahan baku, karena Indonesia memang surganya tanaman obat. ''Tentunya dengan kualitas dan proses yang sesuai standar obat modern,'' tambahnya. (HT/V-2)

Sumber: http://www.mediaindo.co.id/